Thursday 16 October 2014

Makalah Tentang ALIRAN PENDIDIKAN KONSERVATIF



ALIRAN PENDIDIKAN KONSERVATIF

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Pendidikan tengah diuji untuk mampu memberikan jawaban yang menyulitkan antara melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada ataupun pendidikan harus berperan kritis dalam melakukan perubahan sosial dan transformasi menuju dunia yang lebih adil. Kedua peran pendidikan tersebut hanya bisa dijawab melalui pemilihan paradigma dan ideology pendidikan yang mendasar.
Hal ini berarti proses pendidikan harus memberi ruang untuk mempertanyakan secara kritis sistem dan struktur yang ada serta hukum yang berlaku.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah Aliran Pendidikan Konservatif itu?
2.      Bagaimana Ideology-ideology pendidikan Konservatif?












BAB II
PEMBAHASAN


A.    Aliran Pendidikan Konservatif

Dalam bentuknya yang klasik atau awal paradigma konservatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya Tuhanlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya Dia yang tahu makna dibalik itu semua.
Konservatif berkaitan dengan cara- cara di mana pengetahuan mutlak dapat dan mustahil diketahui, apakah melalui Tuhan ataukah penalaran ; wahyu ataukah keyakinan; kata hati ataukah otoritatif. Sedangkan perbedaan dalam ideologi- ideologi liberal berkaitan dengan hubungan antara individu dengan masyarakatnya.
Paradigma konservatif, bagi mereka ketidak kesederajatan masyarakat merupakan suatu hokum keharusan alami, suatu hal yang mustahil bisa dihindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau bahkan  takdir Tuhan. Perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih sengsara saja. [1]

B.     Ideologi- ideologi Pendidikan Konservatif
Ideologi- ideologi pendidikan konservatif terdiri dari tiga tradisi pokok, yaitu :
1.      Fundamentalisme
2.      Intelektualisme pendidikan
3.      Dan Konservatisme pendidikan
Semuanya, merentang dari ungkapan religious dari fundamentalisme pendidikan, kesudut terjauh yang paling kurang konservatif.

1.      Fundamentalisme Pendidikan

Fundementalisme meliputi semua corak Konservatisme politik yang pada dasarnya anti-intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan pertimbangan-pertimbangan filosofis dan atau intelektual, serta cenderung untuk mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relative tanpa kritik terhadap kebenaran yang diwahyukan atau yang biasanya diabsahkan sebagai akal sehat. [2]

Fundamentalisme dalam pendidikan, bagi seorang fundamentalisme, masyarakat kontemporer dihadapkan pada keruntuhan moral dalam waktu dekat, dan keharusan tertinggi yang musti dilakukan adalah merombak tolak ukur-tolak ukur keyakinan dan perilaku konvensional dengan cara kembali ke ciri-ciri kebaikan yang lebih tinggi di masa silam. Sejalan dengan itu, sasaran pendidikan adalah untuk memulihkan cara-cara yang lebih tua umurnya dan yang lebih baik, demi membangun kembali tatanan sosial yang ada.

Dalam ideologi pendidikan ada dua corak dasar fundamentalisme pendidikan, yaitu:
a.        Fundamentalisme sekular
Fundamentalisme ini, tidak memiliki kepastian- kepastian religius. Dan mesti memakai istilah religius atau semu religius, namun ia cenderung untuk mendasarkan posisinya pada prakiraan- prakiraan yang kurang lebih bersifat intuitif.

b.        Fundamentalisme religius

Cici-ciri Umum Fundamentalisme Pendidikan dapat Dikarakterisasikan sebagai berikut :

1.      Pengetahuan merupakan alat untuk membangun masyarakat dalam mengejar pola kesempurnaan moral yang pernah ada dimasa silam.
2.      Manusia adalah agen moral, yang taat pada aturan- aturan moral yang lengkap dan menekankan pada nilai patriotism yang dirumuskan secara sempit.
3.      Menentang pengujian kritis terhadap pola-pola keyakinan dan perilaku yang mereka pilih.
4.      Pendidikan pertama- tama dipandang sebagai proses regenerasi moral.
5.      Sebuah orentasi ulanh yang bersifat korelatif terhadap pandangan modern yang terlalu menekankan masa kini dan masa depan.
6.      Menekankan pengenalan kembali, kebutuhan untuk kembali kepada kebaikan-kebaikan yang nyata atau yang dikhayalkan ada di era yang lalu.
7.      Berdasarkan pada sistem sosial dan/ atau keagamaan yang tertutup, yang menjadi ciri era sebelumnya.
8.      Berlandasan prakiraan- prakiraan yang tersirat yang tidak pernah diuji kebenaranya tentang hakikat kenyataan umumnya didasarkan pada akal sehat.
9.      Wewenang intelektual tertinggi berada di tangan komunitas orang- orang yang memiliki  iman sejati.[3]


2.      Intelektualisme Pendidikan

a.      Definisi
Intelektualisme pendidikan, didasarakan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu di wilayah filosofis moral dan filosofis politik. Sementara filosofis moral yang mengidentifikasi kebaikan tertinggi dengan pencerahan filosofis dan religious didasari oleh kesempatan penalaran, umumnya intelektualisme dilandasi oleh tiga prakiraan filosofis :
1.        Adanya kebenaran- kebenaran fundamental tertentu yang bersifat mutlak, dan menjadi preseden bagi pengalaman personal, serta menentukan pengalaman tersebut.
2.        Manusia harus memiliki kesadaran yang bisa diperoleh melalui pengalaman yang dipelejari dalam dunia alamiah.
3.        Dengan hanya segelincir kasus perkecualian, seperti misalnya pewahyuan religious atau intuisi misti dalam hampir semua kasus kebenaran-kebenaran tadi dapat dicapai dan dipahami lewat latihan penalaran.[4]

Intelektualisme pendidikan, secara umum meyakini bahwa ada kebenaran- kebenaran tertentu yang bersifat mutlak serta kekal, yang melampaui ruang dan waktu tertentu; bahwa kebenaran- kebenaran itu selalu ada; dan bahwa kebenaran- kebenaran itu berlaku bagi umat manusia pada umumnya dan tidak merupakan milik yang unik dari individu ataupun kelompok manusia tertentu saja.
           
b.      Intelektualisme dalam pendidikan

Dalam pendidikan kontemporer, konservatisme filosofis mengungkapkan dirinya sebagai intelektualisme pendidikan yang mencangkup dua variasi dasar :
Intelektualisme filosofis, yang memusatkan perhatian pada kebijaksanaan metafisi dalam arti Aristotelian tradisional, serta menekankan pendidikan ‘liberal arts’ dalam semangat dari buku- buku besar ( the Great Books ).
Intelektualisme teologis, yang membedakan antara kebenaran- kebenaran alamiah dengan kebenaran- kebenaran adikodrati ( dan karena itu membedakan antar dua cara untuk ‘tahu dan ‘ belajar’ ). Seorang intelektualis teologis percaya bahwa yang adikodrati mendahului dan menjadi landasan bagi yang alamiah. Ia menganggap bahwa praktik- praktik pendidikan musti ditetapkan di atas dasar intelektual dan menyatukan pandangan kedalam yang paling baik mengenai filosofi dan agama. Dari sudut pandang intelektualis teologis, tujuan puncak pendidikan selalu numer dua setelah tujuan puncak kehidupan itu sendiri, yaitu untuk membawa individu kepada kesatuan yang sempurna dengan Tuhan.[5]
   Ideology dasar Intelektualisme dalam pendidikan dapat dirangkum seperti dibawah ini,
a.         Tujuan pendidikan secara menyeluruh.
b.        Sasaran- sasaran sekolah.
a.         Ciri- ciri umum intelektual pendidikan
b.        Anak- anak sebagai pelajar.
c.         Administrasi dan control.
d.        Sifat- sifat hakiki kurikulum.
e.         Metode pengajaran dan penilaian hasil belajar.
f.         Kendali ruang kelas.[6]

c.       Dampak intelektual

Sebagai sistem berfikir rasional, ilmu pengetahuan yang menyebabkan lenyapnya kepercayaan tradisional, secara umum dapat dikatakan empat hal baru dari ilmu pengetahuan yang menyebabkan lenyapnya kepercayaan tradisional, yakni,
1)        Pengamatan lawan otoritas,
2)        Otonomi dunia fisik
3)        Disingkatnya konsep tujuan
4)        Dan tempat manusia dalam alam,[7]

3.      Konservatisme Pendidikan

a.        Macam- macam konservatisme

Paling sedikit ada dua keragaman mendasar dalam konservatisme sosial adalah keragaman sekuler, dan keragaman religious. Dalam orientasi sekuler ada empat pendekatan- pendekatan mendasar terhadap konservatisme sosial :

a.         Konservatisme kemapanan ( the tories ).
b.        Konservatif pasar bebas ( the free Marketeers/ Laissez Faire ).
c.         Darwinis Sosial ( konservatif- konservatif Spencerian ).
d.        Nasionalis Teleologis ( Konservatif Hegelian ).

Bagi kaum konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan social serta tradisi-tradisi. Berorientasi kemasa kini, para pendidik konservatif sangat menghormati masa silam, namun memusatkan perhtiannya pada kegunaan dan penerapan pola belajar mengajar di dalamm konteks social yang ada sekarang. Untuk mempromosikan perrkembangan masyrakat komtenporer yang seutuhnya dengan cara memastikan terjadinya prubahan yang perlahan-lahan dan bersifat organis yang sesuai dengan keperluan-keperluan legal serta kelembagaan yang sudah mapan.
Dalam arti yang sama,  kaum konservatif sekular sangat memperhatikan pelatihan watak serta disiplin intelektual sekaligus, kaum konservatif sekular membangkitkan diri pada satu jenis persekolahan yang dirancang untuk menjamin adanya rasa hormat serta penghargaan (apresiasi) terhadap lembaga-lembaga dan social yang ada. Berlawanan dengan penekanan kaum intelektualis terhadap masalah kajian filosofi dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanitas), kaum konservatif cenderung memusatkam perhatian kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru (sejarah, biologi, fisika), yang diangga sebagai bidang-bidang yang secara langsung sessuai dengan berbagai problema masyarakat kontemporer  yang mendesak dan harus segera di selesaikan.

b.        Konservatifisme Sekular

Kaum konservatifisme sekular yang terwakli oleh para teoritis pendidikan kontemporer serta para kritisi pendidikan masa kini seperti Arthur Bestor dan Hyman Rickover mereka idak mesti menolak aspek-aspek rohaniah dalam pendidikan, namun mereka cenderung untuk lebih memakai pendekatan utilitarian (asas manfaat) dan pendekatan praktis dalam soal persekolahan, jika di banding mereka yang lebih condong kearah agama.
Kepedulian utama kaum konservatif sekular adalah terhadap peran sekolah dalam melestarikan dan menyyalurkan lembaga-lembaga serta proses-proses social yang mapan, dan mereka ingin menumbuh kembangkan jenis informasi serta keterampilan yang diperlukan agar menjamin keberhasilan individu dalam hidupnya di masyarakat sekular yang ada sekarang.

c.         Konservatifisme Religius

Kaum koservatif religius yang terwakili oleh anggota-anggota aliran protestan terlembaga dari jalur utama  yang lebih berorientasi pada kemapanan, misalnya kaum Lutheran, Presbyterian, atau Metodis. Ia juga menjadikan salah satu anggota gereja Katolik Roma yang condong kearah teologi yang lebih liberal jika disbandingkan dengan tradisi utama Thomisme.
Kaum konservatif religus setuju dengan pandangan konservatif sekular dalam segala hal tetapi mereka meyakini pula bahwa pelatihan rohaniah merupakan aspek mendasar dalam tradisi-tradisi  social yang mapan, dan bahwa sebagian bentuk pelajaran keagamaan. dengan demikian merupakan aspek yang layak dan penting dalam pendidikan dasar seorang anak.
Ciri-ciri umum konservatifisme pedidikan:

1.      Menganggap bahwa nilai dasa pengetahuan ada pada kegunaan sosialnya, bahwa pengetahuan adalah sebuah cara untuk mengajukan nilai-nilai social yang mapan.
2.      Menekankan peran manusia sebagai warga Negara, manusia dalam peranannya sebagai sebuah Negara yang mapan.
3.       Menekankan penyesuaian diri yang bernalar, menyadarkan diri pada jawaban-jawaban terbaik dari masa silam sebagai tuntunan yang palig bisa dipercaya untuk memandu tindakaan dimasa kinii.
4.      Memandang pendidikan sebagai sebuah pembelajaran sosialisasi nilai-niai system yang mapan.
5.      Memusatkan perhatian pada tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga siosial yang ada, menekankan situasi sekarang yang dipandang melalui sudut pandang kesejarahan yang relatif dangkal dan berpusat pada enisnya sendiri (etnosentris).
6.      Menekankan stabilitas budaya melebihi kebutuhan akan pembaharun budaya, hanya menerima perubahan-perubahan yang pada dasrnya cocok dengan tatanan social yang sudah mapan.
7.      Berdasarkan sebuah system budaya yang sudah terutup (etnosentrisme), menekankan tradisi-tradisi social yang dominan, dan menekankan perubahan secara bertahab didalam  situasi social yang secara umum setabil.
8.      Mengakar pada kepastin-keastian yang sudah teruji oleh waktu, dan meyakini bawha gagasan-gagasan serta praktik-praktik kemapanan kebih sahih dan handal ketimbang gagasan-gagasan serta praktik-praktik yang lahir dari spekulasi yang relative tak terkendali.
9.      Menganggap bahwa wewenang intelektual tertinggi adalah budaya dominan dengan segenap system keyakinan dan prilakunya yang mapan.



[1] William F.O’neil, Ideologi- ideologi Pendidikan,Terj. Oni Intan Naomi ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar  : 2002), hal, 97.
[2]  Ibid….., hal, 105.
[3] Ibid….., hal, 247- 250.
[4] Ibid……., hal, 260.
[5] Ibid…… , hal, 281- 282.
[6] Ibid….., hal, 287- 290.
[7] Muhammad Adib, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010 ). Hal, 216.

No comments:

Post a Comment